Dalam sebidang perkara cinta.
Hakim agung mendakwaku.
Terpaksa jadi tersangka.
Gugatan orang tuamu.
Kecewa tak dapat ditunda.
Amarah, tak dapat dicegah.
Meringkuklah dalam penjara.
Santri cinta yang lemah.
Tak ada saksi mata.
Perkara cinta tetap dituding.
Dengan semangat pertahankan cinta.
Pesakitan ajukan banding.
Malang, nasib sungguh malang.
Aku tak berkuasa.
Seperti sampah yang terbuang.
Aku tak berdaya.
Dirimu, hanya diam membisu.
Terkapar, dalam tak sadar.
Seperti ada sesuatu di belakangmu.
Tertawa tersenyum lebar.
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) Aliran _ Puisi Baru
Bandar Lampung, 23 Januari 2014
Hakim agung mendakwaku.
Terpaksa jadi tersangka.
Gugatan orang tuamu.
Kecewa tak dapat ditunda.
Amarah, tak dapat dicegah.
Meringkuklah dalam penjara.
Santri cinta yang lemah.
Tak ada saksi mata.
Perkara cinta tetap dituding.
Dengan semangat pertahankan cinta.
Pesakitan ajukan banding.
Malang, nasib sungguh malang.
Aku tak berkuasa.
Seperti sampah yang terbuang.
Aku tak berdaya.
Dirimu, hanya diam membisu.
Terkapar, dalam tak sadar.
Seperti ada sesuatu di belakangmu.
Tertawa tersenyum lebar.
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) Aliran _ Puisi Baru
Bandar Lampung, 23 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar