Hari itu, perjuangan pun terhenti.
Terkulai lemah, seolah mati.
Titik terberat, di hidup ini.
Saat saksikan dia, tak sadarkan diri.
Hari itu, pengorbanan tak lagi ada.
Yang tersisa, hanyalah air mata.
Titik terlemah, untuk coba bertahan.
Saat dirinya, mulai lupa akan ingatan.
Hari itu, kenangan pun sirna.
Tenggelam di antara nyata dan dusta.
Titik terdahsyah, untuk kehilangan peluang.
Saat cintanya, telah direnggut orang.
Hari itu, suasana sunyi, sepi, dan senyap.
Tak ada senyum, canda, tawa, dan harap.
Titik terparah, untuk tentukan langkah.
Saat santri cinta, kehilangan arah.
Hari itu, hari dimana tak ada lagi hari.
Jam, menit, dan detik pun tak berganti.
Yang takkan dilupakan, hanya sebaris kata.
Saatnya ucapkan, "Hari itu Penuh Rekayasa".
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru
Bandar Lampung, 26 Januari 2014.
Terkulai lemah, seolah mati.
Titik terberat, di hidup ini.
Saat saksikan dia, tak sadarkan diri.
Hari itu, pengorbanan tak lagi ada.
Yang tersisa, hanyalah air mata.
Titik terlemah, untuk coba bertahan.
Saat dirinya, mulai lupa akan ingatan.
Hari itu, kenangan pun sirna.
Tenggelam di antara nyata dan dusta.
Titik terdahsyah, untuk kehilangan peluang.
Saat cintanya, telah direnggut orang.
Hari itu, suasana sunyi, sepi, dan senyap.
Tak ada senyum, canda, tawa, dan harap.
Titik terparah, untuk tentukan langkah.
Saat santri cinta, kehilangan arah.
Hari itu, hari dimana tak ada lagi hari.
Jam, menit, dan detik pun tak berganti.
Yang takkan dilupakan, hanya sebaris kata.
Saatnya ucapkan, "Hari itu Penuh Rekayasa".
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru
Bandar Lampung, 26 Januari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar