Malam terasa gelap.
Mentari, tak lagi menyinari.
Saat terlelap.
Kutemukan dirimu dalam mimpi.
Seindah wajah yang ku pandang.
Aurora menepi, di balik lebat hutan mahoni.
Pertempuran malam tanpa bintang.
Hati, tak berpenghuni.
Secercah embun pagi.
Terpukau sinar yang pudar.
Resah, gelisah tak kunjung pergi.
Kau tegar dalam tak sadar.
Tak seharusnya disesali.
Yang nyata, tak pernah ada.
Itu hanya selera mimpi.
Yang terbawa dalam derita...
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.
Bandar Lampung, 18 Januari 2014
Mentari, tak lagi menyinari.
Saat terlelap.
Kutemukan dirimu dalam mimpi.
Seindah wajah yang ku pandang.
Aurora menepi, di balik lebat hutan mahoni.
Pertempuran malam tanpa bintang.
Hati, tak berpenghuni.
Secercah embun pagi.
Terpukau sinar yang pudar.
Resah, gelisah tak kunjung pergi.
Kau tegar dalam tak sadar.
Tak seharusnya disesali.
Yang nyata, tak pernah ada.
Itu hanya selera mimpi.
Yang terbawa dalam derita...
Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.
Bandar Lampung, 18 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar