Jumat, 14 Maret 2014

JANGAN KATAKAN (Tak Sadar Part XLII)

Jangan katakan aku tak lagi butuh.
Meskipun kini ragamu tak lagi utuh.

Jangan katakan aku tak lagi sayang.
Meskipun kisah kita takkan terulang.

Jangan katakan cinta ini pudar.
Meskipun kau tetap tak sadar.

Dan jangan katakan aku bisa membencimu.
Meskipun aku tak lagi dapat memilikimu.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 14 Maret 2014.

DI BALIK SEBONGKAH SEPI (Tak Sadar Part XLI)

Malam itu, wajahmu kembali terpapar.
Menjelma nyata di sela-sela mimpi.
Tetapi tidak dalam keadaan tak sadar.
Melainkan segar bugar dan berpakaian rapi.

Di antara kilauan cahaya.
Aku pun terdiam seperti membatu.
Seolah tak percaya.
Melihat semua kenyataan itu.

Karena aku merasa bimbang.
Kau pun menjauh bukan mendekat.
Menghampiri sebuah gerbang.
Lalu menghilang dalam ruang tanpa sekat.

Di balik sebongkah sepi.
Hatiku perlahan berkata.
Yakinlah, ini hanyalah mimpi.
Hanya ilusi semata.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 09 Maret 2014.

Sabtu, 08 Maret 2014

40 HARI ITU (Tak Sadar Part XL)

40 hari yang dijanjikan.
Kini telah aku lupakan.
Tak lagi aku pedulikan.
Dan tak pernah aku sesalkan.

40 hari yang dijanjikan.
Hanya mampu menyesatkan.
Tak seharusnya aku harapkan.
Dan semestinya aku abaikan.

Karena 40 hari itu.
Hanya sebuah jalan buntu.
Jalan yang selalu berhantu.

Perlahan cinta itu mulai pudar.
Bersama isu-isu yang beredar.
Dan dirinya yang tak kunjung sadar.


Soneta (Sajak 14 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Krui Selatan, 05 Maret 2014.

DUA HARI SETELAH SABTU (Tak Sadar Part XXXIX)

Cerita bertema sama.
Tiba-tiba kembali bergema.
Teringat sebait larik puisi lama.

Pada waktu itu.
Dua hari setelah sabtu.
Air terjun berhias batu.

Dalam keadaan miring.
Tubuhmu terpelanting.
Disambut bebatuan runcing.

Dengan wajah memar-memar.
Kau tergeletak tak sadar.
Dari kepalamu keluar darah segar.


Terzina (Sajak 3 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Krui Selatan, 03 Maret 2014.

GAMBARAN ASLI DIRI INI (Tak Sadar Part XXXVIII)

Bila cinta telah menggila.
Memori hati tak tersentuh rindu.
Bagaikan kopi tanpa gula.
Pahit terasa di ujung kalbu.

Setelah hadirkan benci.
Perlahan coba merasuk jiwa.
Koyak-koyakkan sendi hati.
Meramu tangis tanpa tawa.

Patah hati karena dikhianati.
Bagaikan pena kehilangan tinta.
Gambaran asli diri ini.
Tersekap dalam penjara cinta.

Relakanlah jangan lagi diharap.
Selamanya dia takkan sadar.
Membujur kaku dalam lelap.
Bersama cinta yang perlahan pudar.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar lampung, 01 Maret 2014.