Jumat, 28 Februari 2014

SEBUAH CERITA LAMA (Tak Sadar Part XXXVII)

Di balik sekat tirai asmara
Tersimpan sebuah cerita lama
Kisah antara aku dan dia
Yang dulu pernah hidup bersama.

Sosoknya kini telah berubah
Tak lagi pancarkan gairah
Setelah sempat kehabisan darah
Dalam sebuah tragedi parah.

Biarlah cinta itu tetap pudar
Bersama dirinya yang tak juga sadar
Berharap aku pun bisa tegar
Mengikuti takdir yang menggelegar.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 28 Februari 2014.

Rabu, 26 Februari 2014

DIA WANITA HEBAT (Tak Sadar Part XXXVI)

Dia sangatlah tegar.
Dalam penjara tak sadar.

Dia satu-satunya wanita hebat.
Yang bernaung dalam sekarat.

Dia wanita idaman.
Yang selalu pertahankan perawan.

Dia akan tetap ada di hati.
Meski kini, dia seolah mati.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung,  25 Februari 2014.

SEJUMPUT KABUT MASA LALU (Tak Sadar Part XXXV)

Saat itu, oktober kelabu.
Detik terakhir, perjalanan cintaku.
Getaran rindu yang tertumpu.
Biaskan cinta di serambi kalbu.
Menjelma rupa seutas pilu.

Sejumput kabut yang tersapu.
Penjarakan senja di langit biru.
Ciptakan gelap setengah abu.
Tak kunjung sadar, lelap hatiku.
Menyetir takdir masa lalu...


Quint (Sajak 5 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung,  23 Februari 2014.

SECERCAH HARAPAN DALAM MIMPI (Tak Sadar Part XXXIV)

Sketsa rindu yang dulu membelenggu.
Menengadahkan wajah.
Yang mulai penuh sumringah.
Ciptakan secercah harapan.
Yang mulai tinggi membumbung.
Di relung hati yang sempat terkatung.

Seuntai senyum yang begitu ranum.
Terbersit dari wajah ayumu.
Pesona jiwa yang mulai terasa.
Memecah kesunyian hati.
Setengah tak sadar.
Terjaga dari sebuah mimpi...


Sextet (Sajak 6 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 22 Februari 2014.

JEJAK MASA LALU (Tak Sadar Part XXXIII)

Sesungguhnya dia memang begitu cantik.
Tapi sekarang, aku tak lagi jadi pemilik.

Semenjak dia tak sadar.
Cinta kami perlahan pudar.

Andai pertemuan itu hanyalah mimpi.
Mungkin tragedi itu tak pernah terjadi.

Tapi apa boleh dikata.
Ini sudah kehendak Yang Kuasa.

Kini aku hanya terpaku.
Mengenang jejak-jejak masa lalu.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 21Februari 2014.

Rabu, 19 Februari 2014

MAWAR PELIPUR LARA (Tak Sadar Part XXXII)

Mawarku kini kau pucat pasi.
Air matamu tak mampu terbendung.
Yang nampak hanya wajah tak berseri.
Diselimuti kesedihan tak berujung.

Duka lara mengeras kian membatu.
Mengusik hati yang mulai mati rasa.
Cinta dan rindu yang bersatu.
Menguap lenyap tanpa sisa.

Mawarku, mawar pelipur lara.
Layu di ujung mimpi.
Nyenyak di punggung senja.
Diam tak sadar diri...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 17 Februari 2014.

BAHASA HATI AKSARA JIWA (Tak Sadar Part XXXI)

Kuterjemahkan lagi bahasa hati.
Rintihan lisan yang penuh dengan irama.
Aksara jiwa yang tak mampu berhenti.
Terus melesat cepat dan menggema.

Sekilas, inilah wajah aksara jiwa.
Sandi rumit dalam sajian bait.
Untuk mengenang "DIA" sang hawa.
Yang hilang sadar dalam secarik sakit.

Biarlah, aksara jiwa akan tetap berwisata.
Beriringan pesta di relung serambi hati.
Terus terukir dalam larik kata.
Bertahan dan takkan berhenti...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 16 Februari 2014.

HAMPARAN RINDU KISAH CINTA (Tak Sadar Part XXX)

Segumpal kecewa, melekat di jiwa.
Bercampur benci, memasung hati.
Tak mampu berkata-kata.
Hanya tertunduk menyesali diri.

Hamparan rindu berganti pilu.
Kisah cinta tinggal cerita.
Hanya terpaku mengikis waktu.
Mengais tangis dalam derita.

Kisah yang tersulam indah.
Buyar dan bahkan pudar.
Terhenti aliran darah.
Kesasar dalam tak sadar.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 14 Februari 2014.

DERA DERITA, DERU RINDU (Tak Sadar Part XXIX)

Saat cinta menggelora.
Deru rindu menghujam kalbu.
Tak sadar kau berkata.
Relakan aku, jangan jadi tangismu.

Sungguh tak kusangka.
Itu yang keluar dari mulutmu.
Dera derita melanda.
Deru rindu pun mengikis kalbu.

Ini jalan buntu.
Jalan yang seolah maya.
Tanpa alasan campakkan aku.
Kau akhiri semuanya.

Biarlah, mungkin ini takdirku.
Terkubang dalam dera derita.
Deru rindu tinggalkan kalbu.
Tanggalkan cinta dalam cerita... 
 

Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 10 Februari 2014.

PUJANGGA PAHOCI (Tak Sadar Part XXVIII)

Jemari kaki tapaki tanah.
Gontai langkah penuh rintang.
Pujangga cinta bersimbah darah.
Sang pahoci yang meradang.

Jemari kaki hentikan gerak.
Pandangan buram dan memudar.
Pujangga cinta tak dapat mengelak.
Pahoci terdiam dalam tak sadar.

Jemari kaki kembali berlari.
Selingi langkah penuh harap.
Pujangga cinta tak dapat sesali.
Pahoci lenyap dalam dekap.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 03 Februari 2014.

WASIAT "WARISAN ILUSI HATI" (Tak Sadar Part XXVII)

Wajah tak lagi tergenangi air mata.
Banjir tangis pun telah berlalu dan mengering.
Yang tertinggal hanyalah bingkai cerita.
Sepetak kisah yang tak lagi penting.

Guratan sendu, yang dulu membelenggu.
Perlahan menguapkan aliran rindu.
Wasiat, warisan ilusi hati.
Yang perlahan sedang kutapaki.

Tersenyum, tersipu, tertawa bahagia.
Itu yang harus kuraih lagi.
Sebelum semuanya terlambat.
Secepatnya harus kembali kudapat.

Rona wajah-wajah baru.
Coba menghiasi dalam pencarianku.
Cukup bersabar, kau tak juga tersadar.
Ma'afkan aku, ini jalanku...

Bandar Lampung, 01 Februari 2014.

SEKEJAP HATINYA TERSITA (Tak Sadar Part XXVI)

Sekejap, dia tertidur lelap.
Terkatung-katung di lautan mimpi.
Berharap, aku terus berharap.
Meski tak mampu mengusir sepi.

Sekejap, dia tak sadar diri.
Mengalir deras air mata cinta.
Hanya sesalku yang terpatri.
Tak mampu berkata-kata.

Sekejap, dia nodai cinta.
Ikuti tarikan takdir yang menerpa.
Sekejap, hatinya tersita.
Aku terdiam, tak lakukan apa-apa...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 30 Januari 2014