Kamis, 30 Januari 2014

CINTA TINGGAL CERITA (Tak Sadar Part XXV)

Masih jelas kuingat itu.
Sebuah perjalanan, motor bututku.
Aku terkepung, terlunta-lunta.
Di tengah arus, banjir way tuba.


Lelah, dengan penuh susah payah.
Kucoba sambangi kediamanmu.

Perih, dengan tertatih-tatih.
Kau hanya diam membisu.
Seolah tak kenali aku.
Tak sadar, kondisimu.


Aku menggerutu, dalam setiap sapa.
Saat kutau, kau terima pinangannya.
Biarlah, tak mengapa.
Cinta tinggal cerita.
Mungkin sudah kehendak yang kuasa.


Bandar Lampung, 29 Januari 2014.

Rabu, 29 Januari 2014

CERITA KELAM, CERITA SURAM (Tak Sadar Part XXIV)

Tak mudah untuk dapat diprediksi.
Seberapa banyak hati yang bahagia.
Seberapa banyak pula hati yang tersakiti.

Selamanya, waktu pasti akan terus berlalu.
Cerita kelam atau cerita suram.
Hanyalah pelengkap, kisah hidup yang bertahap.
Segelintir kisah-kisah pilu.
Yang banyak mengundang rasa haru.

Tapi terkadang, rasa suka maupun duka.
Bukan hanya sebatas kisah saduran.
Atau kisah-kisah berwujud sandiwara.
Inilah, kisah hidup yang sesungguhnya.
Selamanya, akan tetap ada.

Mungkin sekarang sudah waktunya.
Yang tak sadar, biarlah pudar.
Anggaplah itu, akhir masa lalu.
Cerita kelam, cerita suram.

Dan ingatlah, hidup itu teramat indah.
Lebih indah lagi, jika dia di sampingku.
Tapi, siapakah "DIA" itu???

Bandar Lampung, 28 Januari 2014.

Senin, 27 Januari 2014

HARI ITU PENUH REKAYASA (Tak Sadar Part XXIII)

Hari itu, perjuangan pun terhenti.
Terkulai lemah, seolah mati.
Titik terberat, di hidup ini.
Saat saksikan dia, tak sadarkan diri.

Hari itu, pengorbanan tak lagi ada.
Yang tersisa, hanyalah air mata.
Titik terlemah, untuk coba bertahan.
Saat dirinya, mulai lupa akan ingatan.

Hari itu, kenangan pun sirna.
Tenggelam di antara nyata dan dusta.
Titik terdahsyah, untuk kehilangan peluang.
Saat cintanya, telah direnggut orang.

Hari itu, suasana sunyi, sepi, dan senyap.
Tak ada senyum, canda, tawa, dan harap.
Titik terparah, untuk tentukan langkah.
Saat santri cinta, kehilangan arah.

Hari itu, hari dimana tak ada lagi hari.
Jam, menit, dan detik pun tak berganti.
Yang takkan dilupakan, hanya sebaris kata.
Saatnya ucapkan, "Hari itu Penuh Rekayasa".


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 26 Januari 2014.

SETELAH MENGURAI DOSA (Tak Sadar Part XXII)

Setengah tetes kehidupan.
Berulang kali ditumpahkan.
Wajan pelampiasan.
Dunia kenikmatan.

Satu tubuh terkapar.
Diam dalam tak sadar.
Seolah mati rasa.
Setelah mengurai dosa.

Dalam separuh senja.
Dimensi waktu dipercepat.
Wajah berubah rupa.
Tubuh penuh cacat.

Yang tersisa tinggal cerita.
Dua ruh abrasi.
Cinta tinggal derita.
Terbungkus majas puisi...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 26 Januari 2014.

J.E.N.U.H (Tak Sadar Part XXI)

Rasa jenuh itu, kini mulai hadir.
Bersemayam diam dalam takdir.
Sesal, tak seharusnya terjadi.
Biarlah terkubur bersama mimpi.

Sadar atau tak sadar.
Dia tetaplah dia.
Kisah yang mulai pudar.
Hanyalah kenangan lama.

Jenuh...
Kau utuh sarangi tubuh.
Bosan...
Kau harapan tak berkesan.

Sekarang, besok dan lusa.
Haruskah selalu hantui mimpi.
Meski cinta tetaplah cinta.
Jenuh, yang kini iringi sepi..


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 25 Januari 2014.

CAIRAN DARAH, LUKISAN JIWA (Tak Sadar Part XX)

Tinta setengah basah.
Melumuri kanvas tanpa warna.
Bercampur cairan darah.
Ciptakan lukisan jiwa.

Objek yang tergambar.
Berbalut cat derita.
Tubuh yang tak sadar.
Background penuh noda.

Steger bergerak.
Kuas lepas di tangan.
Tak dapat mengelak.
Sudah takdir Tuhan.

Cat minyak tumpah.
Lukisan pun buram.
Cacat dalam langkah.
Hidup pun suram.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 23 Januari 2014.

TERSANGKA PERKARA CINTA (Tak Sadar Part XIX)

Dalam sebidang perkara cinta.
Hakim agung mendakwaku.
Terpaksa jadi tersangka.
Gugatan orang tuamu.

Kecewa tak dapat ditunda.
Amarah, tak dapat dicegah.
Meringkuklah dalam penjara.
Santri cinta yang lemah.

Tak ada saksi mata.
Perkara cinta tetap dituding.
Dengan semangat pertahankan cinta.
Pesakitan ajukan banding.

Malang, nasib sungguh malang.
Aku tak berkuasa.
Seperti sampah yang terbuang.
Aku tak berdaya.

Dirimu, hanya diam membisu.
Terkapar, dalam tak sadar.
Seperti ada sesuatu di belakangmu.
Tertawa tersenyum lebar.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) Aliran _ Puisi Baru

Bandar Lampung, 23 Januari 2014

Kamis, 23 Januari 2014

ASAKU TERKUNCI (Tak Sadar Part XVIII)

Matahari menggantung diri.
Mewarnai biru awan-awan.
Pelangi, seolah-olah menari.
Dalam cipratan kabut kegelapan.

Aku masih sendiri.
Menyemai pagi dalam satu naluri.
Selembar harap, terbungkus rapat.
Mengusik celah-celah ingatan.

Asaku terkunci.
Tersangkut pada tak sadar diri.
Mimpi tinggal mimpi.
Gambaran elok, hari esok.

Biarlah, rindu telah menggunung.
Mencair dalam satu erupsi.

Cinta tanpa batas.
Asa yang terkunci.
Tersesat tak sadar diri.

Ayolah, cepatlah.
Berharap kau kembali...

Bandar Lampung, 21 Januari 2014

MENGAPA INI YANG TERJADI? (Tak Sadar Part XVII)

Saat kubuka jendela.
Sekilas kupandangi fotretmu.
Sedih, sedih rasanya.
Sungguh menusuk kalbu.
4 tahun bersama.
Hilang, musnah secepat itu.

Rindu, aku rindu akan senyummu.
Aku rindu cinta kita.
Rindu akan semuanya.

Mengapa, mengapa ini yang terjadi?
Sakit, sungguh sakit.
Saat sempat kulihat.
Ada cincin di jari manismu.

Itu, itu bukan cincin dariku.
Itu bukan cincin tunangan kita.

Sungguh, aku sangat terluka.
Sungguh, aku kini tak berdaya.
Berat, terlalu berat.
Mengapa ini yang harus terjadi?

Tapi, bukankah dirimu.....?
Ya, jelas kuingat itu.
Kau memang sedang tak sadar.
Kau lupa, kau amnesia.

Aku, seharusnya aku berbuat apa.
Apakah aku tetap berdiam diri.
Diam dalam kebimbangan.
Atau mungkin, aku harus cari penggantimu.

Pernah, aku pernah mencoba itu.
Tapi, aku sama sekali tak bisa.
Aku hanya perlu hadirmu.
Sungguh, kuingin kau kembali.
Cepatlah, sadarlah.
Aku setia menunggumu.

Percayalah, lorong cinta yang kujaga.
Akan kuhiasi pelangi berkabut.
Meski kemarau menerpa.
Tapi telaga cintaku takkan surut.

Cobalah, berjuanglah.
Ubah apa yang terjadi.
Cepatlah, sadarlah.
Aku tak bosan menanti...

Bandar Lampung, 20 Januari 2014

Minggu, 19 Januari 2014

DALAM SEBUAH PERTEMUAN (Tak Sadar Part XVI)

Masih jelas di ingatan.
Peristiwa langka, tak disangka.
Dalam sebuah pertemuan.
Awal dari malapetaka.

Tak tahan menghalau rindu.
Dalam sebuah pertemuan.
Makhluk kecilku terbujur kaku.
Penuh luka, penuh jaitan.

Berlayar, dalam tak sadar.
Buah dari pertemuan.
Wajah manis tersenyum lebar.
Terseret lepas dari pelukan.

Dalam sebuah pertemuan.
Taburkan sejuta sepi.
Hilang sadar, lepas ingatan.
Lautan hati, tak bertepi.

Dalam sebuah pertemuan.
Mengukir duka rasa haru.
Akhir dari perjumpaan.
Awal dari cerita baru...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru

Bandar Lampung, 19 Januari 2014.

SELERA MIMPI (Tak Sadar Part XV)

Malam terasa gelap.
Mentari, tak lagi menyinari.
Saat terlelap.
Kutemukan dirimu dalam mimpi.

Seindah wajah yang ku pandang.
Aurora menepi, di balik lebat hutan mahoni.
Pertempuran malam tanpa bintang.
Hati, tak berpenghuni.

Secercah embun pagi.
Terpukau sinar yang pudar.
Resah, gelisah tak kunjung pergi.
Kau tegar dalam tak sadar.

Tak seharusnya disesali.
Yang nyata, tak pernah ada.
Itu hanya selera mimpi.
Yang terbawa dalam derita...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 18 Januari 2014

BIDAK CATUR CINTA (Tak Sadar Part XIV)

Tak ubah bermain catur.
Cinta, terkadang buta.
Bertahan dalam tarik ulur.
Dunia, serasa beda.

Benteng, kuda, dan menteri.
Bidak catur yang sejajar.
Layaknya cinta berbuah benci.
Siluet dirimu, yang tak sadar.

Seharusnya tak dipungkiri.
Ratu putih, kini telah tiada.
Cinta, seakan kembali.
Dari hati yang berbeda.

Cinta, bidak catur strategi.
Seperti pion kalahkan raja.
Berharap ini, bukanlah mimpi.
Karna cintamu, yang kudamba...


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Bandar Lampung, 19 Januari 2014.

Jumat, 17 Januari 2014

KAMU ATAU DIA (Tak Sadar Part XIII)

Dalam sebuah celoteh wajah.
Senyum yang berbinar.
Siluet pagi berbaur indah.
Itulah kamu, fajar yang bersinar.

Seonggok batu terkapar.
Terjepit kawat melilit.
Ya, dia mungkin masih tak sadar.
Terdiam dalam sakit.

Aku, sedangkan aku apa?
Aku ini siapa?
Letakku dimana?

Hening, diam tanpa irama.
Terpaku berkarat dosa.
Mungkin, hatiku buta.

Sudahlah, waktu telah berbeda.
Yang lalu, tebarkan ke langit biru.
Kini yang ada, Kamu atau Dia.
Yang mana tulang rusukku?

Bandar Lampung, 16 Januari 2014

AKU TAK BISA (Tak Sadar Part XII)

Semanis bidadari surga.
Senyummu, buatku terjaga.

Rambut yang tak nampak.
Tertutup kain hijab.
Cinta tanpa jejak.
Menghampiri tanpa sebab.

Andai, aku bisa meminta.
Ingin ku taburi hatimu, dengan cinta.
Tapi, itu tak mungkin.
Sungguh, aku tak bisa.

Dia yang di sana.
Terlelap tak sadarkan diri.
Akan tetap kujaga.
Dan tak akan ku khianati...

Bandar Lampung, 15 Januari 2014.

SENANDUNG RINDU, AKU TANPAMU (Tak Sadar Part XI)

Dengan tinta gurita.
Kucoret cerita kelam.
Cinta, sarat makna.
Luka terpendam.

Kubuka jendela.
Segudang lembaran usang.

Meraung, meradang jantung.
Terpaku, tak sadarmu.
Terkurung dalam termenung.
Aku, tanpamu.

Sendu, senandung rindu.
Berlalu, aku tanpa cintamu.

Bandar Lampung, 14 Januari 2014

KEJORA, BINTANG TAK BERDAYA (Tak Sadar Part X)

Kejora, bintang yang kupuja.
Kau tersapu, dari saku hatiku.
Wajah, berlumur darah.
Meringis, tertahan tangis.

Kejora, bintang pelipur lara.
Kau terpenjara, dalam pribadi yang beda.
Tertatih, dengan luka yang perih.
Ternoda, oleh cinta yang lama.

Hilang nafasku, hilang nafasmu.
Kejora, tak berdaya.
Hilang sadarku, hilang sadarmu.
Lupa, akan semua...

Bandar Lampung, 13 Januari 2014

REKAMAN DIARY SENJA (Tak Sadar Part IX)

Secangkir masa lalu.
Kembali, getarkan hatiku.
Senyummu, tangisku, beradu jadi satu.
Tertahan kaku, setapak pertemuan pilu.

Hujan, gerimis kerinduan.
Membawa duka, membawa petaka.
Lukisan aroma, jurang-jurang dilema.

Yach, faktual cinta.
Telah mencair luluh.
Asyik bersarang, dalam satu tubuh.
Tertanam di antara, rekaman diary senja.

Hening, diam tak bergeming.
Tergeletak, di bebatuan runcing.
Terkapar, dalam tak sadar...

Bandar Lampung, 13 Januari 2014.

SEPENGGAL KENANGAN YANG HILANG (Tak Sadar Part VIII)

Terduduk, di trotoar jalan cinta.
Meringis, melukis senyum sadis.
Menatap gemerlap, cahaya jiwa tak bernada.
Kau sedang kesasar, di pusar gerbang tak sadar.

Tertunduk, terjerat cinta semu.
Cinta tiga manusia, bernafaskan binasa.

Tipis, tapi tak setipis kulit manggis.
Ciut, seperti benang kusut.
Angan-angan itu terbuang.
Bersama "Sepenggal Kenangan Yang Hilang".

Cintaku, cintamu, cintanya.
Karam, terjebak lumpur dilema.
Lumpur gaib pemusnah sukma...

Bandar Lampung, 12 Januari 2014

TEATRIKAL, NUANSA CINTA HAKIKI (Tak Sadar Part VII)

Manisnya kenangan itu.
Kembali mengalir di naluri.
Sederas aliran, yang mulai mendekorasi pipi.

Mungkin Tuhan punya rencana lain.
Sehingga semuanya, menjelma jadi mimpi.
Dan seolah kisah itu, hanya bohong belaka.

Tak seharusnya disesali.
Teatrikal itu, mungkin takkan berlangsung lama.

Tak ada juga yang perlu diperbaiki.
Biarlah tetap tersusun rapi.
Seakan semuanya hadir kembali.
Dalam nuansa cinta, yang lebih hakiki.
Tetap bersabar, menunggu kau tersadar.

Bandar Lampung, 12 Januari 2014

SEOLAH TAK KENAL LELAH (Tak Sadar Part VI)

Hanya 4 jam berlalu.
Dan kini kembali, terjaga dari terkaman mimpi.
Tak pernah terasa jemu.
Padahal mentari telah lama menanti.

Berat, pelupuk mata begitu berat.
Namun tak mampu terpejam lagi.

Hari sudah lama silih berganti.
Jiwa kelam, seakan tertahan dari mati.
Seolah tak mengenal lelah.
Menanti dirimu, yang tak kunjung sadarkan diri...

Bandar Lampung, 12 Januari 2014

MISTERI MIMPI YG TERKUAK (Tak Sadar Part V)

Sungguh di luar duga.
Teka-teki yang telah tersimpan lama.
Misteri mimpi nyataku, Juli 2011 lalu.
Kini terkuaklah juga...

Tak disangka.
Pelaku, yang orangnya sama.
Kini kembali berulah.
Kembali melancarkan misi sesatnya.
Menyulapmu,
Menjadi pribadi yang tak sadarkan diri.

Itulah manusia keji itu.
Yang rela lakukan apa saja.
Halal haram bukan rintangan.
Demi merenggut bahagiamu bersamaku...

Bandar Lampung, 12 januari 2014

TUHAN TUNJUKKAN KUASANYA (Tak Sadar Part IV)

Gelap, telah lama menyelimuti malam.
Rasa kantuk tak terbendung lagi.
Tapi mata tak juga terpejamkan.
Pikiran pun tak terlepas, masih terisi tentang dia.

Ini telah berlangsung lama.
Bukan sehari dua hari.
Tapi setiap hari.
Semenjak tragedi itu...

Lelah, terus mendayung bahtera.
Yang tersesat, di lautan hati tak bertepi.

Pilu, sendiri mengais sepi.
Tak seindah waktu itu.
Saat dia masih menghiasi hidupku.

Ahh, biarlah.
Tak ada cara lagi, yang bisa untuk diujicobakan.
Tetap bersabar, menguras habis 40 hari yang dijanjikan itu.

Semoga, seiring berjalannya waktu yang tersisa.
Tuhan kan tunjukkan kuasanya.
Sehingga dia, yang sedang tak sadarkan diri.
Kembali ke pribadinya semula.
Perlahan tersadarkan.
Dan terlepas dari pengaruh gaib itu...

Bandar Lampung, 12 Januari 2014

DIRINYA, TAK JUGA SADARKAN DIRI (Tak Sadar Part III)

Masih tergeletak
Dengan secercah harapan pasi.
Terenyuh, terkenang akan masa itu.
Saat setiap waktu, selalu bersamanya.

Manis, tapi tak semanis yang sekarang.
Rindu pun telah terabaikan.

Konotasi cinta tak lagi terealisasi.
Terdiam dan tak terdengar kabar.
Hanya sebatas, terlintas dalam mimpi.

Kini, dunia terasa berubah.
Wujudnya yang tak lagi sama.
Namun dilema, akan tersimpan lama.
Bersama menanti dirinya, yang tak juga sadarkan diri...

Bandar Lampung, 11 Januari 2014.

DIA MASIH TAK SADARKAN DIRI (Tak Sadar Part II)

Masih kuingat jelas, 4 tahun bersamamu.
Mengurai indahnya cinta, yang penuh kasih dan sayang.
Tetap membekas.
Dan takkan pernah hilang dari ingatanku.

Satu kesalahanku.
Kenapa aku harus terlelap dan tersesat.
Dalam sandiwara yang dibuatnya ini.
Sehingga aku kini, harus menuai kekecewaan.
Terkubang dalam keterpurukan.

Entah siapa yang harus disalahkan.
Sedangkan dirimu dalam keadaan "Tak Sadarkan Diri".

Apakah aku harus menyalahkan dia.
Sedangkan dia masih misteri bagiku.
Ataukah aku harus menyalahkan yang lain.
Sedangkan mungkin ini sudah kehendak Tuhan.

Tapi ini terjadi, tidak secara alami.
Karena dia, telah membuatmu tak sadarkan diri.
Kenapa dengan cara keji.
Kenapa harus dengan perantara gaib ini?

Terserah, ungkapanku ini dianggap benar atau fitnah.
Tapi yang pasti, dua setengah tahun silam.
Akupun tak sadarkan diri, oleh orang yang sama...

Bandar Lampung, 7 Januari 2014.

HITAM VS SAMAWI (Tak Sadar Part I)

Diawali dari pukul 7 pagi, dan berakhir pukul 10 malam.
Dihantam hujan, bahkan dihadang banjir
Perjalanan itu sungguh melelahkan.
Terbayarkan sudah. Ya, semua terbayarkan sudah.

Sekian lama tak ada kabar darimu
Sehingga kuberanikan diri
Agar aku tau, apa yngg sebenarnya terjadi.

Ya, sebuah cincin emas telah melingkar di jari manismu
Tanpa kusadari, tanpa kuketahui
Seseorang telah merebutmu dariku
Sedangkan di saat itu
Aku yakin, kau sedang tak sadarkan diri

Karena sejatinya
Pada waktu aku menemuimu saat itu
Seolah kau tak lagi mengenaliku
Seolah aku terlalu asing di matamu.
Dan kuyakini itu, aura gaib sedang mengusikmu.

Kuingat lagi, Pertengahan November lalu
Kau berharap agar aku tetap bersabar dengan keadaanmu
Dan seiring berjalannya waktu kepulihanmu
Mei mendatang kau berharap aku jadi imammu.

Di sinilah letak pertanyaan besar yang mulai menggangguku.
Mustahil hanya dengan sekejap mata
4 tahun kebersamaanku denganmu
Begitu cepat, hilang, sirna
Dan Seolah, kau tak lagi menyayangiku.......

xxxxxxxxx

Keesokan harinya, kuberanikan diri
Datang bertamu, ke rumah yang ahli dengan hal seperti itu
Tanpa aku duga-duga
Apa yang aku pikirkan tentang itu
Keluar dari mulutnya.

Dia mengatakan hal yang sama seperti yang aku bayangkan
Bahwa sesungguhnya, apa yang telah aku alami 2,5 tahun silam
Sakit, tapi bukan sakit yang sebenarnya
Tapi sakit karena Gangguan Gaib
Kini Kau pun sedang mengalaminya

Dan yang lebih mencengangkan lagi,
Pelakunya adalah orang yang sama
Karena kedua hal ini saling berkaitan.
Suatu hal yang tak tersadari

Beliau mengatakan
Bersabarlah dalam 40 hari
Karena dengan seiringnya waktu
Gangguan gaib itu akan berbalik kepada si empunya...

Bandar Lampung, 30 Desember 2013