Rabu, 30 April 2014

DEBU-DEBU HARAPKU (Tak Sadar Part XLVIII)

Sesalku tidak terkira.
Bagai terkurung dalam penjara.
Tak mungkin pertahankan tangis.
Karena hati berubah bengis.

Lalu, haruskan aku berdiam diri.
Atau memilih untuk lari.
Meskipun kisah Aira Atlantis.
Akan tetap lahir dan menitis.

Semoga kelak dia tersadar.
Dan memugar cinta yang telah pudar.
Itulah debu-debu harapku.
Agar hati bebas dari pasungan beku...


Quatrain _ Sajak 4 Seuntai.

Krui Selatan, 27 April 2014.

AKU, KAMU, MUSNAH (Tak Sadar Part XLVII)

Aku, kamu kita.
Melebur satu dalam cinta.

Kini semua musnah.
Hanya karena satu fitnah.

Aku, kamu, kita.
Terkubur dalam satu dusta.

Kamu pilih diam dalam tak sadar.
Hanya karena cinta kita pudar.


Distikon _ Sajak 2 Seuntai.

Krui Selatan, 26 April 2014.

KISAH AIRA ATLANTIS TAK PERNAH MATI (Tak Sadar Part XLVI)

Kembali kurangkai sejuta kata puitis.
Untuk menerjemahkan kisah Aira Atlantis.

Segudang cerita, terlalu lama membentang.
Dalam seribu malam bertabur bintang.

Aku tak pernah bisa lupakan kisah itu.
Karena hati ini lebih keras dari batu.

Meskipun waktu telah lama berselang.
Tetapi kesadaranmu tetap menghilang.

Meskipun hari terus berganti.
Tetapi kisah-kisahmu tak pernah mati.


Distikon _ Sajak 2 Seuntai.

Krui Selatan, 23 April 2014.

SETAPAK SURGA YANG TAK BERHARGA (Tak Sadar Part XLV)

Dulu, kau yang selalu menghiasi.
Sejuta cerita dengan segudang canda tawa.
Namun kini semua terasa basi.
Dalam relung sukma jiwa.

Dulu, kau adalah setapak surga.
Yang mengunggah aura-aura kesejukan.
Namun kini tinggal rasa yang tak berharga.
Dalam hati yang bersimbah keterpurukan.

Dulu, kau yang paling indah.
Dalam sendi-sendi pusaka hati.
Namun kini semua telah musnah.
Bersama kesadaranmu yang telah mati.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Krui Selatan, 11 April 2014.

UKIRAN HATI YANG MEMBUNCAH (Tak Sadar Part XLIV)

Cintaku pada si fulan.
Terkikis habis hanya dalam sebulan.

Rinduku pun hilang terbawa.
Gelombang pasang sejuta kecewa.

Yang tertinggal kini.
Seonggok kotoran yang tertumpuk di nurani.

Ukiran hatiku yang perlahan membuncah.
Dalam tangisan yang semakin pecah.

Ukiran rupanya yang tersaji pudar.
Dalam jasad yang terkurung tak sadar.


Distikon (Sajak 2 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Krui Selatan, 08 April 2014.

BAYANG-BAYANG KELAM (Tak Sadar Part XLIII)

Di bawah pusaran batu nisan.
Tersimpan sejuta kesan.
Disitulah terkubur cinta kami.
Yang dulu pernah ada dan bersemi.

Kini tinggal bayang-bayang kelam.
Yang terus mengusik setiap malam.
Teringat akan dirinya yang tak kunjung sadar.
Teringat akan cintanya yang telah lama pudar.


Quatrain (Sajak 4 Seuntai) _ Aliran Puisi Baru.

Krui Selatan, 24 Maret 2014.